1. CUPUMANIK ASTAGINA
(Subali-Sugriwa)
Diceritakan Rsi Gautama mempunyai 3
anak yaitu Guwarsa, Anjani, dan Guwarsi.
Istri dari Rsi Gautama mempunyai hubungan gelap degan Dewa Surya. Dewa Surya
memberikan sebuah pusaka yang disebut Cupumanik Astagina pada Dewi Windradi.
Dewi Windradi memberikan pusaka itu pada anak perempuannya, yaitu Anjani. Pada
suatu hari, Guwarsa dan Guwarsi melihat Anjani yangh sedang memegang pusakanya.
Mereka berdua pun berniat untuk meminjamnya, tapi Anjani tidak mau meminjamkan.
Anjani lari, memanggil ayah dan ibunya. Guwarsa dan Guwarsi pun mengejar
Anjani. Saat bertemu dengan Rsi Gautama, Anjani menceritakan kelakuan
saudaranya. Kemuadian Guwarsa dan Guwarsi meminta keadilan pada Rsi Gautama.
Mereka bertannya kenapa yang diberi pusaka hanya Anjani. Rsi Gautama pun bingung, karena ia
tidak pernah memberikan pusaka apapun pada Anjani. Betapa terkejutnya Rsi
Gautama saat melihat pusaka yang dipegang anaknya. Pusaka itu adalah pusaka
Kahyangan, dan hanya dimiliki oleh Dewa Surya. Rsi Gautama bertanya pada
Anjani, siapa yang memberi pusaka itu. Anjani menjawab, pusaka itu diberi oleh
ibunya, Dewi Windradi. Rsi Gautama marah mengetahui istrinya telah berselingkuh
dengan Dewa. Kemudian ia pun mengutuk Dewi Windradi menjadi tugu.
Setelah itu, cupumanik Astagina
dibuang oleh Rsi Gautama dan jatuh di sebuah telaga. Ketiga anaknya pun
mengejar pusaka tersebut. Rsi Gautama merasa prihatin dengan kelakuan
anak-anaknya yang rakus dan suka berebut seperti kera. Saat di Telaga, Guwarsa
dan Guwarsi yang berubah menjadi Kera bertarung, Guwarsa mengira Guwarsi adlah
kera atau siluman penunggu telaga dan sebaliknya. Tidak hanya Guwarsa dan
Guwarsi yang bertubuh kera, tapi Anjani juga mengalami hal yang sama. Mereka
bertiga pun meminta maaf pada ayahnya.
Rsi Gautama menyuruh ketiga anaknya untuk bertapa. Anjani diperintahkan untuk
tapa kodok di Sungai Yamuna. Guwarsa dan
Guwarsi diutus untuk bertapa di hutan Sunya Pringga, Guwarsa diperintahan untuk
tapa kalong, sedangkan Guwarsi diperintahkan untuk tapa kidang. Mereka pun
menjalankan perintah dari ayahnya.
Pada suatu hari, Subali dan Sugriwa
mendengar berita tentang Dewi Tara yang diculik oleh penunggu gua Keskindha,
yaitu Maesasura dan Lembusura. Subali meminta Sugriwa untuk membantunya
menyelamatkan dewi tersebut. Mereka berdua pun pergi ke gua Kiskendha saat di
sana, Subali menyuruh Sugriwa untuk
menunggunya di depan gua. Subali berpesan pada Sugriwa agar ia memperhatikan
aliran air di sungai, bila yang mengalir adalah darah merah, berarti Subali berhasil
mengalahkan Maesasura dan Lembusura. Tapi, apabila yang keluar adalah darah
putih, itu menandakan Subali telah mati, ia harus segera menutup pintu gua agar
penunggu gua tidak bisa bernafas dan akhirnya mati terjebak di dalam gua.
Subali segera masuk ke dalam gua. Sugriwa terus melihat aliran air, sesuai
pesan dari kakknya.
Setelah beberapa saat Subali masuk
ke dalam gua, tiba-tiba aliran air mmenjadi berwarna merah, Sugriwa sangat
senang, karena itu menandakan kakaknya telah berhasil mengalahkan Maesasura dan
Lembusura. Akan tetapi, tak lama berselang, alirannya bercampur darah putih.
Sugriwa pun sedih karena itu berarti kakanya telah mati. Sugriwa pun
menjalankan perintah Subali, menutup pintu
gua agar Maesasura dan Lembusura tidak bisa keluar. Setelah itu, ia
kembali ke kekayangan dan mengabarkkan kabar buruk itu.
Saat akan keluar dari gua, Subali
terkejutb dan marah. Ia mengira adiknya sengaja metup pintu gua agar ia mati
kehabisan nafas. Subali menggunakan jian Pancasona agar ia bisa keluar dari dalam
gua. Setelah berhasil keluar, ia pun pergi mencari Sugriwa. Saat bertemu
Sugriwa, Subali meluapkan kemarahannya deengan menantang Sugriwa untuk
bertarung dengannya. Tapi saat diserang Sugriwa tidak melakukan perlawanan. Rsi Gautama pun datang dan mengatakan
yang sebenarya pada Subali, bahwa sebenarnya Sugriwa tidak berslah. Adiknya itu
hanya mencalankan pesan darinya, yaitu menutup
pintu gua apabila yang mengalir adalah darah putih, dan yang mengalir
bersama aliran air sungai adalah darah merah bercampur darah putih. Rsi Gautama
juga menyalahkan Subali, mengapa ia menganggap dirinya adalah orang suci yang
mempunyai darah putih. Tapa yang telah dilakukan oleh Subali terbuang sia-sia,
kelakuannya masih sama seperti yang dulu. Subali pun menangis menyesali
perbuatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar