expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Halaman

Senin, 06 Januari 2014

Cerita Wayang



1.     CUPUMANIK ASTAGINA
(Subali-Sugriwa)
Diceritakan Rsi Gautama mempunyai 3 anak yaitu  Guwarsa, Anjani, dan Guwarsi. Istri dari Rsi Gautama mempunyai hubungan gelap degan Dewa Surya. Dewa Surya memberikan sebuah pusaka yang disebut Cupumanik Astagina pada Dewi Windradi. Dewi Windradi memberikan pusaka itu pada anak perempuannya, yaitu Anjani. Pada suatu hari, Guwarsa dan Guwarsi melihat Anjani yangh sedang memegang pusakanya. Mereka berdua pun berniat untuk meminjamnya, tapi Anjani tidak mau meminjamkan. Anjani lari, memanggil ayah dan ibunya. Guwarsa dan Guwarsi pun mengejar Anjani. Saat bertemu dengan Rsi Gautama, Anjani menceritakan kelakuan saudaranya. Kemuadian Guwarsa dan Guwarsi meminta keadilan pada Rsi Gautama. Mereka bertannya kenapa yang diberi pusaka hanya  Anjani. Rsi Gautama pun bingung, karena ia tidak pernah memberikan pusaka apapun pada Anjani. Betapa terkejutnya Rsi Gautama saat melihat pusaka yang dipegang anaknya. Pusaka itu adalah pusaka Kahyangan, dan hanya dimiliki oleh Dewa Surya. Rsi Gautama bertanya pada Anjani, siapa yang memberi pusaka itu. Anjani menjawab, pusaka itu diberi oleh ibunya, Dewi Windradi. Rsi Gautama marah mengetahui istrinya telah berselingkuh dengan Dewa. Kemudian ia pun mengutuk Dewi Windradi menjadi  tugu.
Setelah itu, cupumanik Astagina dibuang oleh Rsi Gautama dan jatuh di sebuah telaga. Ketiga anaknya pun mengejar pusaka tersebut. Rsi Gautama merasa prihatin dengan kelakuan anak-anaknya yang rakus dan suka berebut seperti kera. Saat di Telaga, Guwarsa dan Guwarsi yang berubah menjadi Kera bertarung, Guwarsa mengira Guwarsi adlah kera atau siluman penunggu telaga dan sebaliknya. Tidak hanya Guwarsa dan Guwarsi yang bertubuh kera, tapi Anjani juga mengalami hal yang sama. Mereka bertiga pun  meminta maaf pada ayahnya. Rsi Gautama menyuruh ketiga anaknya untuk bertapa. Anjani diperintahkan untuk tapa kodok di  Sungai Yamuna. Guwarsa dan Guwarsi diutus untuk bertapa di hutan Sunya Pringga, Guwarsa diperintahan untuk tapa kalong, sedangkan Guwarsi diperintahkan untuk tapa kidang. Mereka pun menjalankan perintah dari ayahnya.
Pada suatu hari, Subali dan Sugriwa mendengar berita tentang Dewi Tara yang diculik oleh penunggu gua Keskindha, yaitu Maesasura dan Lembusura. Subali meminta Sugriwa untuk membantunya menyelamatkan dewi tersebut. Mereka berdua pun pergi ke gua Kiskendha saat di sana, Subali  menyuruh Sugriwa untuk menunggunya di depan gua. Subali berpesan pada Sugriwa agar ia memperhatikan aliran air di sungai, bila yang mengalir adalah darah merah, berarti Subali berhasil mengalahkan Maesasura dan Lembusura. Tapi, apabila yang keluar adalah darah putih, itu menandakan Subali telah mati, ia harus segera menutup pintu gua agar penunggu gua tidak bisa bernafas dan akhirnya mati terjebak di dalam gua. Subali segera masuk ke dalam gua. Sugriwa terus melihat aliran air, sesuai pesan dari kakknya.
Setelah beberapa saat Subali masuk ke dalam gua, tiba-tiba aliran air mmenjadi berwarna merah, Sugriwa sangat senang, karena itu menandakan kakaknya telah berhasil mengalahkan Maesasura dan Lembusura. Akan tetapi, tak lama berselang, alirannya bercampur darah putih. Sugriwa pun sedih karena itu berarti kakanya telah mati. Sugriwa pun menjalankan perintah Subali, menutup pintu  gua agar Maesasura dan Lembusura tidak bisa keluar. Setelah itu, ia kembali ke kekayangan dan mengabarkkan kabar buruk itu.
Saat akan keluar dari gua, Subali terkejutb dan marah. Ia mengira adiknya sengaja metup pintu gua agar ia mati kehabisan nafas. Subali menggunakan jian Pancasona agar ia bisa keluar dari dalam gua. Setelah berhasil keluar, ia pun pergi mencari Sugriwa. Saat bertemu Sugriwa, Subali meluapkan kemarahannya deengan menantang Sugriwa untuk bertarung dengannya. Tapi saat diserang Sugriwa tidak melakukan  perlawanan. Rsi Gautama pun datang dan mengatakan yang sebenarya pada Subali, bahwa sebenarnya Sugriwa tidak berslah. Adiknya itu hanya mencalankan pesan darinya, yaitu menutup  pintu gua apabila yang mengalir adalah darah putih, dan yang mengalir bersama aliran air sungai adalah darah merah bercampur darah putih. Rsi Gautama juga menyalahkan Subali, mengapa ia menganggap dirinya adalah orang suci yang mempunyai darah putih. Tapa yang telah dilakukan oleh Subali terbuang sia-sia, kelakuannya masih sama seperti yang dulu. Subali pun menangis menyesali perbuatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar