1. KRESNA DUTA
Pandawa telah
selesai menjalani masa pembuangan dan pengasingan selama 13 tahun. Sudah
menjadi hak Pandawa untuk kembali mendapatkan Astina dan Amarta kembali yang
diambil oleh Kurawa. Padhawa telah dua kali mengirimkan duta ke Ngastina untuk
mengajak Kurawa berdamai. Tapi keduanya gagal. Untuk itu, para Pandhawa
akhirnya meminta bantuan Sri Kresna untuk menjadi duta Pandhawa yang terakhir dalam
menempuh jalan damai antara Pandhawa dan Kurawa.
Sri Kresna
berangkat ke Astina dengan dikusiri oleh Sencaki. Setibanya di Astina, Kresna
segera menuju tempat Arya Widura untuk memberi hormat kepada Ibu Kunti dan
paman Widura. Sementara, tetua dan pembesar-pembesar Astina telah berkumpul di
aula kerajaan menunggu kedatangan duta Pandhawa tersebut.
Kresna memasuki aula kerajaan dan kemudian menyampaikan kedatangannya, yaitu sebagai duta Pandhawa. Pandhawa yang telah selesai menjalani hukuman, ingin meminta haknya kembali atas Indraprastha (Amarta).
Kresna memasuki aula kerajaan dan kemudian menyampaikan kedatangannya, yaitu sebagai duta Pandhawa. Pandhawa yang telah selesai menjalani hukuman, ingin meminta haknya kembali atas Indraprastha (Amarta).
Sejak awal,
Kurawa memang tidak ingin mengembalikan Amarta kepada Pandawa. Prabu Duryudana
pun menolak permintaan Sri Kresna. Duryudana memberikan berbagai alasan yang
memang sudah direncakan untuk memperkuat alasan mereka mengapa tidak ingin
mengembalikan Indraprastha kepada Pandawa.
Duryudana
mengatakan bahwa tindakan Pandhawa mengadakan upacara Rajasuya menunjukkan
bahwa Pandhawa mengagungkan diri mereka sendiri. Sri Kresna kemudian menjawab
bahwa Rajasuya itu bukan merupakan keputusan Yudhistira melainkan merupakan
kesepakatan raja-raja yang mengakui Yudhistira sebagai raja yang arif
bijaksana.
Duryudana
kemudian berdalih bahwa para Pandhawa telah melanggar hukuman ketika terjadi
perselisihan antara Hastina dan Wirata. Pandhawa telah menampakkan diri dan
bahkan mengangkat senjata terhadap para Kurawa. Sri Kresna kemudian membalas
bahwa saat itu menurut hitungannya, para Pandhawa sudah terlepas dari masa
hukuman dan mereka mengangkat senjata karena saat itu mereka sedang mengabdi di
Wirata . Sebagai penduduk Wirata, sudah menjadi kewajiban mereka untuk
mengangkat senjata demi membela Negara.
Mendengar
perdebatan antara Duryudana dan Kresna, Eyang Bisma berusaha menengahi. Namun,
usahanya ternyata sia-sia. Duryudhana justru menganggap bahwa Eyang Bisma
memang lebih memilih Pandhawa daripada Kurawa.
Akhirnya, Sri
Kresna menanyakan keputusan Kurawa untuk terakhir kalinya, apakah Duryudana
akan mengembalikan hak Indraprastha kepada Pandhawa atau tidak. “Para Pandhawa
telah menghina keluarga Hastina terutama Kurawa, semua Kurawa telah sepakat
tidak akan duduk setingkat dengan para Pandhawa dan tidak akan mengembalikan Indraprastha”,
Jawab Duryudana.
Jawaban itu
membuat Sri kresna kesal dan kemudian ia berkata, “Duryudana, para tetua disini
akan menjadi saksi atas perkataanmu, perkataanmu ini harus kau
pertangunggjawabkan di kemudian hari. Aku akan memberitahukan keputusanmu
kepada Pandhawa!”.
Sri Kresna
kemudian meninggalkan gedung pertemuan. Ia menuju ke sebuah taman di dalam
istana Hastina. Tampak matanya bersinar tanda amarhnya telah memuncak. Kresna
bertriwikrama, berubah ujud menjadi Brahala, makhluk raksasa yang luar biasa
besar.
Triwikrama
Kresna membuar seluruh Astina gempar dan ketakutan. Para Kurawa berlarian
kesana kemarin mencari tempat bersembunyi. Resi Drona yang juga ketakutan tidak
berani meninggalkan gedung. Sementara Eyang Bisma dan Arya Widura dengan tenang
meninggalkan gedung pertemuan tanpa rasa takut seperti tidak terjadi apa-apa.
Triwikrama
Bathara Wisnu juga membuat gempar kahyangan. Para dewa khawatir dan turun untuk
melihat triwikrama Sri Kresna. Para dewa bingung bagaimana harus menghentikan
triwikrama Sri Kresna. Maka mereka memutuskan, untuk menjemput Bathara Darma
untuk menenangkan kemarahan Triwikrama. Dewa kebijaksanaan dan kesabaran
tersebut pelan-pelan mendekati triwikrama dan memberi hormat.
Sang Tiwikarma
menjawab dengan sebuah peringatan, “ Grrrr.. jangan dekat dekat Dharma, jika
kau tidak ingin kucabik-cabik tubuhmu”.
“Aku bukanlah
musuhmu wahai triwikrama, bahkan aku bersedia membantumu untuk mengalahkan musuhmu”,
jawab Bathara Dharma.
“Aku tidak
butuh bantuanmu untuk menghancurkan Kurawa-Kurawa sombong ini”, jawab sang
triwikrama.
Bathara
kemudian menuturkan, ”Sesakti itukah para Kurawa, sehingga perlu dihancurkan
oleh triwikrama? Apakah kejahatan mereka mengguncang mayapadha seperti Rahwana?
Apakah perlu Tiwikarama yang sakti sebagai wakil dewata untuk turun tangan menghancurkan
Kejahatan Kurawa?”
“Saudara Wisnu
mohon ingat bahwa jika Kurawa dihancurkan oleh triwikrama ini akan membuat malu
bagi seluruh Dewata. Apakah para Pandhawa tak dapat membela diri mereka sendiri
sehingga memerlukan bantuan para dewata? Mohon adik Wisnu memperhitungkan lagi
tindakan ini yang akan mencoreng muka seluruh dewata dan juga memalukan Pandhawa.”
Mendengar penuturan Batara darma, dalam sekejap triwikrama itu menghilang dan
kembali sebagai Sri Kresna.
Sri Kresna
kemudian ke tempat paman Widura untuk mohon diri dan member hormat kepada Arya
Widura dan ibu Kunti. Ia pergi meninggalkan Hastina untuk menyampaikan berita
hasil pertemuan dengan Kurawa kepada para Pandhawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar