expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Halaman

Rabu, 08 Januari 2014

Cerita Wayang



1.     KRESNA DUTA


Pandawa telah selesai menjalani masa pembuangan dan pengasingan selama 13 tahun. Sudah menjadi hak Pandawa untuk kembali mendapatkan Astina dan Amarta kembali yang diambil oleh Kurawa. Padhawa telah dua kali mengirimkan duta ke Ngastina untuk mengajak Kurawa berdamai. Tapi keduanya gagal. Untuk itu, para Pandhawa akhirnya meminta bantuan Sri Kresna untuk menjadi duta Pandhawa yang terakhir dalam menempuh jalan damai antara Pandhawa dan Kurawa.
Sri Kresna berangkat ke Astina dengan dikusiri oleh Sencaki. Setibanya di Astina, Kresna segera menuju tempat Arya Widura untuk memberi hormat kepada Ibu Kunti dan paman Widura. Sementara, tetua dan pembesar-pembesar Astina telah berkumpul di aula kerajaan menunggu kedatangan duta Pandhawa tersebut.
Kresna memasuki aula kerajaan dan kemudian menyampaikan kedatangannya, yaitu sebagai duta Pandhawa. Pandhawa yang telah selesai menjalani hukuman, ingin meminta haknya kembali atas Indraprastha (Amarta).
Sejak awal, Kurawa memang tidak ingin mengembalikan Amarta kepada Pandawa. Prabu Duryudana pun menolak permintaan Sri Kresna. Duryudana memberikan berbagai alasan yang memang sudah direncakan untuk memperkuat alasan mereka mengapa tidak ingin mengembalikan Indraprastha kepada Pandawa.
Duryudana mengatakan bahwa tindakan Pandhawa mengadakan upacara Rajasuya menunjukkan bahwa Pandhawa mengagungkan diri mereka sendiri. Sri Kresna kemudian menjawab bahwa Rajasuya itu bukan merupakan keputusan Yudhistira melainkan merupakan kesepakatan raja-raja yang mengakui Yudhistira sebagai raja yang arif  bijaksana.
Duryudana kemudian berdalih bahwa para Pandhawa telah melanggar hukuman ketika terjadi perselisihan antara Hastina dan Wirata. Pandhawa telah menampakkan diri dan bahkan mengangkat senjata terhadap para Kurawa. Sri Kresna kemudian membalas bahwa saat itu menurut hitungannya, para Pandhawa sudah terlepas dari masa hukuman dan mereka mengangkat senjata karena saat itu mereka sedang mengabdi di Wirata . Sebagai penduduk Wirata, sudah menjadi kewajiban mereka untuk mengangkat senjata demi membela Negara.
Mendengar perdebatan antara Duryudana dan Kresna, Eyang Bisma berusaha menengahi. Namun, usahanya ternyata sia-sia. Duryudhana justru menganggap bahwa Eyang Bisma memang lebih memilih Pandhawa daripada Kurawa.
Akhirnya, Sri Kresna menanyakan keputusan Kurawa untuk terakhir kalinya, apakah Duryudana akan mengembalikan hak Indraprastha kepada Pandhawa atau tidak. “Para Pandhawa telah menghina keluarga Hastina terutama Kurawa, semua Kurawa telah sepakat tidak akan duduk setingkat dengan para Pandhawa dan tidak akan mengembalikan Indraprastha”, Jawab Duryudana.
Jawaban itu membuat Sri kresna kesal dan kemudian ia berkata, “Duryudana, para tetua disini akan menjadi saksi atas perkataanmu, perkataanmu ini harus kau pertangunggjawabkan di kemudian hari. Aku akan memberitahukan keputusanmu kepada Pandhawa!”.
Sri Kresna kemudian meninggalkan gedung pertemuan. Ia menuju ke sebuah taman di dalam istana Hastina. Tampak matanya bersinar tanda amarhnya telah memuncak. Kresna bertriwikrama, berubah ujud menjadi Brahala, makhluk raksasa yang luar biasa besar.
Triwikrama Kresna membuar seluruh Astina gempar dan ketakutan. Para Kurawa berlarian kesana kemarin mencari tempat bersembunyi. Resi Drona yang juga ketakutan tidak berani meninggalkan gedung. Sementara Eyang Bisma dan Arya Widura dengan tenang meninggalkan gedung pertemuan tanpa rasa takut seperti tidak terjadi apa-apa.
Triwikrama Bathara Wisnu juga membuat gempar kahyangan. Para dewa khawatir dan turun untuk melihat triwikrama Sri Kresna. Para dewa bingung bagaimana harus menghentikan triwikrama Sri Kresna. Maka mereka memutuskan, untuk menjemput Bathara Darma untuk menenangkan kemarahan Triwikrama. Dewa kebijaksanaan dan kesabaran tersebut pelan-pelan mendekati triwikrama dan memberi hormat. 
Sang Tiwikarma menjawab dengan sebuah peringatan, “ Grrrr.. jangan dekat dekat Dharma, jika kau tidak ingin kucabik-cabik tubuhmu”.
“Aku bukanlah musuhmu wahai triwikrama, bahkan aku bersedia membantumu untuk mengalahkan musuhmu”, jawab Bathara Dharma. 
“Aku tidak butuh bantuanmu untuk menghancurkan Kurawa-Kurawa sombong ini”, jawab sang triwikrama.
Bathara kemudian menuturkan, ”Sesakti itukah para Kurawa, sehingga perlu dihancurkan oleh triwikrama? Apakah kejahatan mereka mengguncang mayapadha seperti Rahwana? Apakah perlu Tiwikarama yang sakti sebagai wakil dewata untuk turun tangan menghancurkan Kejahatan Kurawa?”
“Saudara Wisnu mohon ingat bahwa jika Kurawa dihancurkan oleh triwikrama ini akan membuat malu bagi seluruh Dewata. Apakah para Pandhawa tak dapat membela diri mereka sendiri sehingga memerlukan bantuan para dewata? Mohon adik Wisnu memperhitungkan lagi tindakan ini yang akan mencoreng muka seluruh dewata dan juga memalukan Pandhawa.” Mendengar penuturan Batara darma, dalam sekejap triwikrama itu menghilang dan kembali sebagai Sri Kresna. 
Sri Kresna kemudian ke tempat paman Widura untuk mohon diri dan member hormat kepada Arya Widura dan ibu Kunti. Ia pergi meninggalkan Hastina untuk menyampaikan berita hasil pertemuan dengan Kurawa kepada para Pandhawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar